![]() |
Ilustrasi |
SYAHDAN, DI SEBUAH “NEGERI ANTAH BERANTAH” AMAT TERSOHOR, NAMUN PARADOKS; tanahnya sangat subur lagi makmur tapi masyarakatnya banyak yang melarat. Pengabdi masyarakat hidup dengan penghasilan terbatas. Prajurit pembela Negeri-pun katanya dibayar dengan rendah. Alhasil, para prajurit berusaha mencari penghasilan tambahan dengan mengorbankan profesionalisme. Salah satu kelompok yang menjadi bulan-bulanan Sang Prajurit diidentifikasi dengan istilah distribusi “A” (A Kwok, A Lung, A Chai, A Tseng, dan banyak “A” lainnya)
Suatu hari, Sang Prajurit berkunjung ke
sebuah toko di daerah Pecinan, sebut saja toko milik A Tseng;
Prajurit : “Koh, gimana jualan hari ini,
rame ga?” (Mengawali pembicaraan dengan basa basi)
A Tseng : “Haiyyaa, lumayan, Pak. Owe
hali ini dapak untung besa ha” (Dengan logat Glodok yang kental)
Prajurit : “Saya mau minta bantuan nih,
Koh!”
A Tseng : “Haiyya, Owe bisa bantu apa?”
(Sudah mulai harap-harap cemas)
Prajurit : “Saya minta uang rokok”
A Tseng : “Haiyya, gimana kalo Owe kasih
lokok saja?” (lokok = rokok)
Prajurit : “Mentahnya aja, Koh, soalnya
buat bagi-bagi di kantor” (Mentahnya = uang)
A Tseng : “Okeh okeh, nih!” (Sembari
menyodorkan uang)
Prajurit : “Terima kasih, Koh. Sekalian
rokoknya saya bawa ya?” (Mengambil uang + rokok, kemudian berlalu pergi)
A Tseng : “Haiyyaaaa, lugi owe… Lebalan
minta THL, Natal minta THL, Nyepi minta THL, sebetulnya Plajulit agamanya apa
sih? Mintanya uang lokok, dikasih lokok tidak mau, dikasih uang, lokok juga
diambil… Haiyyaaa, amsiong Owe……. (Sambil tepok jidat) *THL = THR-Tunjangan Hari
Raya
>> Salam paniang dari Jawa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar